Monday, June 3, 2013

A Late Anniversary Note

Jadi mulai hari ini, saya berjanji untuk selalu menulis catatan bagi anniversary pernikahan kami, walaupun catatan untuk anniversary pertama saya kecepetan dan berjudul "Almost Anniversary", anniversary tahun ini note nya datang super telat. Gakapapa, yang penting tetap semangat dan sesuai target #okesip

Di usia pernikahan kedua kami, saya baru benar-benar menyadari bahwa saya sudah menikah and my life will never be the same again *muka serius, *benerin posisi duduk.

Alhamdulillah, menginjak tahun kedua tersebut, kami bisa menempati rumah baru kami, yang kecil, yang jauh, yang ndeso, dan yang milik kami sendiri :) Dengan perjuangan sepanjang tahun untuk menghemat uang jajan, menyeleksi film yang ditonton di bioskop kala wiken, mencoreti restoran2 mahal, daan..tutup mata dari gadget baru (khususnya suami, kalau saya mah kagak mudeng begituan). Suami memasrahkan sepenuhnya tabungan di tanganku, untuk kukelola, dan untuk diam-diam kutambahi. Walaupun sesekali berkurang juga karena tergoda tiket 0 rupiah dari Air Asia untuk menengok memori di Singapura, atau sekedar pulang kampung ke Malang dan Jogja (eh berima!), alhamdulillah..bulan Februari 2012, saya beranikan diri mengajukan proposal pembelian rumah ke suami. Dan alam seperti mengamini, hanya perlu waktu 3 minggu bagi kami untuk menemukan rumah yang pas di hati (well, prakteknya, kami sudah beberapa kali cuci mata lihat2 rumah sejak sebelum menikah, tapi uang tidak bisa diajak kompromi, haha). Dengan tinggal jauh dari orang tua kami berdua, rumah (benar-benar rumah secara fisik), memiliki arti yang sangat mendalam bagi kami, baik itu dari sisi identitas, ataupun sekuritas (perasaan aman dan nyaman).  Alhamdulillah, tepat saat kelahiran Aisha, KPR kami disetujui, dan sesaat setelah itu, batu pertama diletakkan.

Dengan kepindahan kami di rumah tersebut, dimulai pulai cerita perjalanan kami berangkat ke kantor. Beruntung kami bisa selalu berangkat ke kantor bersama, terimakasih kepada PT. KAI yang telah mensponsori romantisme perjalanan kami ke kantor, dari sama-sama mengejar kereta untuk bisa tiba di kantor tepat waktu, sama-sama baca buku di tengah sesaknya gerbong, sama-sama terjebak lebih dari satu jam di Stasiun Pasar Minggu gara-gara gangguan sinyal, sampai tidak sengaja saling bertemu di gerbong yang sama ketika pulang kantor. Meskipun kereta adalah hal yang selalu dan setiap hari kita jumpai, namun tak habis-habisnya kita membahas masalah kereta ini, dari kritik, makian, pujian,saran, dan entah berapa kali Ignathius Jonan dan Dahlan Iskan kami bawa-bawa dalam diskusi, bahkan Jokowi pun bisa ikut terseret kalau lagi hoki. Pokoknya diskusi kami bisa lama, bisa seru, seolah-olah penting, seolah-olah serius, padahal kita hanya sepasang suami istri yang sudah langsung lupa dengan urusan kereta kalau sudah ketemu Aisha.

Di tahun kedua pernikahan ini pula, saya  berkaca-kaca ketika mendapati suami membawakan oleh-oleh dari tugas di luar kota. Di tempat kerja yang barunya kini, suami saya jadi cukup sering bertugas ke luar kota, dan dari setiap tempat itu, tak lupa kami (saya dan Aisha), selalu dibawakannya oleh-oleh yang SANGAT spesifik, yang nggak kebayang bagaimana dia memilihkannya. Spesifik itu misalnya: dress dan rok nya Aisha (walaupun menurutku sih kemahalan gara2 suami gak tau biasanya harga baju bayi berapa), baju kerja ku (yang sangat muslimah hampir sedengkul! haha), gelang kalung dari batu-batu Martapura (yang harus berulang kali tanya ke ibu2 untuk milih model yang katanya bagus seperti apa), dan juga sendal mainku gara-gara tau aku kalau jalan2 pasti pakai sepatu :) Meskipun saya juga cukup sering ke luar kota, tapi mendapati oleh-oleh dari suami dari luar kota itu rasanya seperti papa pulang membawa cinta, hahahaha (lebay).

Hal lain yang akan slalu teringat di tahun kedua pernikahan kami adalah perjuangan kami dalam memberikan ASI untuk Aisha. Walaupun suami saya tidak menyusui (ok, ga perlu kutulis kenapa kan?), tapi gelar pejuang ASI pantas kusematkan di dada suamiku, walaupun tidak ada Air Susu di sana (ok jayus). Keputusan kuatku untuk memberikan ASI awalnya justru datang dari suamiku yang *dengan sotoynya* mengkuliahiku tentang asi yang didapatnya dari kultwit @IDAyahASI, juga membelikanku pompa asi Medela di ITC Ambasador (dan meminta pelayan toko untuk mempraktekkan cara pakainya!) saat aku sedang melahirkan di rumah sakit. Juga dengan kesediaannya menjaga Aisha (dan memberikan botol Asi), saat kutinggal dinas bermalam di luar kota. Dan menyarankanku tas cooler Asi yang bagus apa, membandingkan berbagai merk blue ice, juga mengantarkanku ke toko Asibayi untuk membelikan peralatan ini itu, yang seringnya aku kelupaan satu dan lain hal, dan harus diantar balik lagi (kalo udah gini sambil cemberut sih nganternya haha). But my point is, I might not be that excellent if I were MAN. At this point, I learn that there is another form of saying I love you in marriage.

Okay, this can get veeery long... Saya akan mengakhiri catatan ini dengan memanjatkan doa untuk suami saya, semoga Allah selalu menjaga  kesetiaan hatinya, ketajaman fikirnya, keramahan hatinya,kebaikan sikapnya, kelapangan jiwanya, kekuatan fisiknya, dan yang paling penting: keteguhan imannya.

Happy belated anniversary my dear husband, 
Thanks for making me falling in love many times, always with the same person.....
When he drives us directly from the office to Aisha's doctor for  immunization.

 
Copyright 2010 Wien Wien Solution. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase